Jumat, 17 Oktober 2014

MAKALAH PERILAKU PROSOSIAL



PERILAKU PROSOSIAL
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Sosial
Dosen Pengampu: Dra. Hj. Erni Hestiningrum, M.A.
Kelas BK A Semester III



Disusun oleh:
Laili Ni’amah               1300001034

---
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta
2014




 

KATA PENGANTAR


Lantunan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kita dapat membaca makalah ini, untuk kemudian dikaji dalam kehidupan sehari-hari para pembaca. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW dan keluarganya serta para sahabatnya, yang senantiasa memberikan teladan bagi kaum muslim lainnya.
Bimbingan dan Konseling Sosial merupakan salah satu mata kuliah wajib yang ada di Program Studi Bimbingan dan Konseling. Salah satu pembahasan didalamnya adalah tentang Prososial. Maka disajikan dalam makalah ini yang berjudul, “ Perilaku Prososial.”
Penulis mengajak pembaca untuk lebih menyadari tentang pentingnya memiliki sikap Prososial dimasyarakat, sehingga kelak akan tercipta masyarakat yang damai, sejahtera, serta memiliki sifat kekeluargaan yang tinggi. Dan sikap prososial ini dapat ditanamkan sejak dini.
Akhirnya, setelah melalui jalan yang panjang dan berliku, kini dapat terlesaikan pembuatan makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 9 Oktober  2014

Penulis.


DAFTAR ISI


BAB IV PENUTUP. 17


 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

SMA Kristen Ketapang I Berbagi Kasih di Pusat Rehabilitasi Anak
Citizen6, Jakarta Rabu, 11 Juni 2014, Sekolah SMA Kristen Ketapang I–Jakarta mengadakan sebuah kegiatan aksi sosial ke Sekolah dan Pusat Rehabilitasi Anak Cacat Yayasan Bhakti Luhur yang berada di Jl. RE Martadinata No.50 B, Ciputat Tangerang Selatan - Banten.
Yayasan Bhakti Luhur merupakan sebuah yayasan swasta yang bergerak dalam bidang sosial, yang menangani dan melayani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dari anak-anak pada umumnya, baik secara fisik, psikis maupun mental, keterbelakangan, yatim piatu, miskin, dan terlantar. Para pengurus yayasan ini diantaranya para suster dibantu oleh guru dan perawat sosial yang terpanggil untuk melaksanakan tugas mulia ini. Ada empat bentuk pelayanan yang diberikan oleh yayasan, yaitu rehabilitasi berdasarkan institusi, rehabilitasi bersumberdaya masyarakat, pelatihan kerja, dan pendidikan SLB.
Setibanya di yayasan Bhakti Luhur, Beberapa siswa beserta guru SMA Kristen Ketapang I disambut oleh sekitar 50 anak berkebutuhan khusus yang sudah menanti kehadiran mereka. Melihat antusias dan sukacita anak-anak berkebutuhan khusus disana, mereka mengajak anak-anak untuk berkumpul, menghibur, mengajak bermain, bernyanyi dan menari bersama. Tak hanya siswa SMA Kristen Ketapang I yang berbagi kasih, ternyata beberapa anak berkebutuhan khusus disana juga mempersembahkan bakat yang dimiliki, berupa sebuah nyanyian dan permainan alat musik.
Setelah itu, siswa memiliki kesempatan untuk menemani dan mendampingi anak-anak saat jam makan siang. Para siswa dapat berbagi cerita dan pengalaman saat bersama dengan anak-anak. Suasana ceria dan riang pun terpancar dari wajah anak-anak disana. Selain berbagi kasih dan sukacita dengan anak-anak, Sekolah SMA Kristen Ketapang I juga memberikan bantuan berupa sembako serta donasi yang telah dikumpulkan oleh siswa-siswa SMA Kristen Ketapang I.
Setiap akhir tahun ajaran, Sekolah SMA Kristen Ketapang I selalu mengadakan aksi sosial. Namun, selain untuk kegiatan amal, ada pelajaran yang bisa dipetik dari kegiatan ini, dimana para siswa bisa belajar berbagi kasih dan peduli dengan sesama serta menambah pengalaman yang berkesan dimasa remaja mereka.
(Sumber: Liputan6.com, 12 Jun 2014 09:45 WIB)

B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan:
1.      Apa pengertian perilaku prososial?
2.      Apa saja sumber prilaku prososial?
3.      Apa saja Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkah laku prososial?
4.      Apa saja aspek – aspek prososial?
5.      Bagaimana implikasi perkembangan tingkah laku sosial dengan konseling?

C.    TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian perilaku prososial.
2.      Untuk mengetahui Sumber prilaku prososial.
3.      Untuk mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkah laku prososial
4.      Untuk mengetahui Aspek – aspek prososial.
5.      Untuk mengetahui Implikasi perkembangan tingkah laku sosial dengan konseling.

 

BAB II

LANDASAN TEORI

A.    PENGERTIAN PERILAKU PROSOSIAL

Perilaku prososial dapat diartikan tindakan yang menguntungkan orang lain tetapi tidak memberikan keuntungan yang nyata bagi orang yang melakukan tindakan tersebut. Perilaku prososial kadang-kadang dapat melibatkan risiko di pihak orang yang memberikan bantuan. Istilah-istilah lain, seperti perilaku menolong, amal kebajikan, dan volunterisme juga digunakan untuk menggambarkan tentang hal-hal “baik” yang dilakukan orang untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang lain.
Tingkah laku prososial adalah tingkah laku sosial positif yang menguntungkan atau membuat kondisi fisik atau psikis orang lain lebih baik, yang di lakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan rewards eksternal.
Terdapat beberapa pendapat para ahli psikologi tentang prilaku prososial, diantaranya :
a.       Sears dkk (1992)
Mendefenisikan bahwa tingkah laku prososial merupakan tingkah laku yang menguntungkan orang lain. Menurut sears, tingkah laku prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperhatikan motif si penolong.
b.      Sri Utari Pidada (1982)
Mendefenisikan bahwa pilaku prososial adalah suatu tingkah laku yang mempunyai suatu akibat atau konsekuensi positif bagi patner interaksi, selain itu tingkah laku yang bisa di klasifikasikan sebagai tingkah laku sosial sangat beragam di mulai dari bentuk yang paling sederhana hingga yang paling luar biasa.
c.       Wispe (1981)
Tingkah laku prososial adalah tingkah laku yang mempunyai konsekuensi sosial positif yaitu menambah kondisi fisik dan psikis orang lain menjadi lebih baik
d.      Brigham (1991) (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2003: 177)
Menyatakan bahwa wujud tingkah laku prososial meliputi : murah hati (charity), persahabatan (friendship), kerja sama (cooperation), menolong (helping), penyelamatan (rescuing) dll.
e.       Bar-Tal (1976)
Tingkah laku prososial merupakan tingkah laku yang dilakukan secara sukarela, menguntungkan orang lain tanpa anti sipasi reward eksternal, dan tindakan prososial ini tidak dilakukan untuk dirinya sendiri.
f.       Lead ( 1978 )
Menyatakan tiga kriteria yang menentukan tingkah laku prososial (altruistic) yaitu:
1)      Tindakan yang bertujuan khusus menguntungkanorang lain tanpa mengharap reward eksternal
2)      Tindakan yang dilakukan dengan sukarela
3)      Tindakan yang menghasilkan hal yang positif
g.      Wrightsman dan Deaux (1981)
Mendefinisikan perilaku prososial sebagai perilaku seseorang yang mempunyai konsekuensi sosial positif yang ditujukan bagi kesejahteraan orang lain secara fisik maupun psikologis.
h.      Baron dan Byrne (2004: 356)
Menyatakan bahwa perilaku prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya.
i.        William (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2003: 177)
Membatasi perilaku prososial secara lebih rinci sebagai perilaku yang memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik atau psikologis penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara material maupun psikologis.
Dari beberapa pendapat di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa tingkah laku prososial adalah tingkah laku sosial positif yang menguntungkan, yang ditujukan bagi kesejahteraan orang lain sehingga menjadikan kondisi fisik dan psikis orang lain menjadi lebih baik, selain itu tindakan prososial dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan reward eksternal.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa perkembangan perilaku prososial telah dimulai sejak masa anak-anak. Dengan bertambahnya usia seorang anak, maka empatinya terhadap orang lain juga akan semakin berkembang. Dalam psikologi perkembangan juga dikatakan bahwa kemampuan seorang anak dalam berbagai hal akan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.

B.     SUMBER PRILAKU PROSOSIAL

Masa akhir anak – anak merupakan suatu masa perkembangan dimana anak – anak mengalami sejumlah perubahan – perubahan yang cepat dan menyiapkan diri untuk memasuki masa remaja serta bergerak memasuki masa remaja serta bergerak memasuki masa dewasa. Pada masa ini, mereka mulai sekolah dan kebanyakan anak – anak sudah mempelajari mengenai sesuatu yang berhubungan dengan manusia, serta mulai mempelajari berbagai keterampilan praktis. Dunia psikososial anak menjadi semakin kompleks dan berbeda dengan masa awal anak. Relasi dengan keluarga dan teman sebaya terus memainkan peranan penting.
Sikap sosial secara umum adalah hubungan antara manusia dengan manusia yang lain, saling kebergantungan dengan manusia lain dalam berbagai kehidupan bermasyarakat. Sedang pendapat lain mengatakan interaksi dikalangan manusia; interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, hubungan yang menimbulkan perasaan sosial yaitu perasaan yang mengikatkan individu dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat seperti saling tolong menolong, saling memberi dan menerima, simpati dan antipati, rasa setia kawan, dan sebagainya.
Sumber tingkah laku prososial terdiri dari 2 bagian yaitu:
a)      Endosentris
Sumber tingkah laku prososial berasal dari dalam diri seseorang. Sumber endosentris merupakan keinginan untuk mengubah diri dengan menampilkan self - image. Secara keseluruhan endosentris ini meningkatkan konsep diri (self - concept), salah satu bentuk konsep diri adalah self-expectation (harapan diri) yang berbentuk rasa bahagia, kebanggaan, rasa aman, evaluasi diri yang positif.
Harapan diri muncul karena seseorang hidup di lingkungan sosial, dimana dalam lingkungan sosial terdapat norma dan nilai. Norma sosial di peroleh remaja melalui proses sosialisi yang kemudian di internalisasikan sehingga menjadi bagian dari diri remaja itu sendiri. Norma yang di internalisasikan kedalam harapan diri  (self-expectation) terdiri dari:
1)      Norms of aiding (norma menolong), adalah norma sosial untuk menolong orang lain yang membutuhkan.
2)      Norm of social responssibility, adalah suatu norma sosial yang dimana seorang individu menolong orang yang membutuhkan pertolongan walaupun orang yang ditolong tidak dapat membalas sama sekali.
3)      Norm of giving, adalah norma sosial dimana seseorang menolong dengan sukarela.
4)      Norm of justice, adalah suatu norma sosial dimana tingkah laku menolong didasarioleh norma keadilan yaitu keseimbangan antar memberi dan menerima.
5)      Norm of reciprocity, adalah suatu norma sosial dimana seorang individu menolong orang lain karena merasa akan mendapat imbalan
6)      Norm of equity, adalah suatu norma sosial dimana seorang individu menolong orang lain karena pernah ditolong sebelumnya.
b)      Eksosentris
      Eksosentris adalah sumber untuk memperhatikan lingkungan eksternal yaitu membuat kondisi lebih baik dan menolong orang lain dari kondisi buruk yang dialami. Orang yang melakukan tindakan menolong karena mengetahui atau merasakan kebutuhan, keinginan, dan penderitaan orang lain. Hal ini dijelaskan oleh Piliavin & Piliavin bahwa tindakan menolong terjadi karena :
1)      Adanya pengamatan terhadap kebutuhan atau penderitaan orang lain.
2)      Adanya pengamatan terhadap penderitaan yang dirasakan oleh orang lain, sehingga menimbulkan motivasai untuk menguranginya
Menurut Derlega & Grzelak tingkah laku prososial bisa terjadi karena adanya penderitaan yang dialami oleh orang lain, pertolongan yang diberikan tidak mengharapkan reward eksternal. Selain itu prilaku prososial bisa terjadi karena adanya interpedensi situasi, misalnya seorang suami yang menolong istri di dapur.
Pada dasarnya tingkah laku prososial terjadi karena adanya saling ketergantungan antara si penolong dengan orang yang ditolong.

C.    FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAH LAKU PROSOSIAL

Tingkah laku prososial dipandang sebagai tingkah laku yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan, melalui hal ini manusia menjalankan fungsi kehidupan sebagai penolong dan yang ditolong.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan tingkah laku prososial antara lain :
a)      Orang Tua
Hubungan antara remaja dengan orang tua menjadi faktor penentu utama dalam keberhasilan remaja berperilaku prososial ketika berinteraksi di lingkungan sosial yang lebih luas. Keluarga yang merupakan kelompok primer bagi remaja, memiliki peran penting dalam pembentukan dan arahan perilaku remaja.
Hal-hal yang diperoleh dari lingkungan keluarga akan menentukan cara-cara remaja dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sosial di luar keluarga. Menurut Ahmadi (1988) keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dalam kehidupan remaja. Remaja belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerjasama, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial.
Cara bertingkah laku, dan sikap orang tua dalam keluarga akan mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat mengakibatkan ciri-ciri tertentu pada perkembangan kepribadian remaja, orang tua adalah pemegang peranan penting dalam pembentukan akhlak dan budi pekerti putra putrinya. Hal tersebut karena waktu yang dimiliki remaja 75% dihasilkan di lingkungan keluarga. Mengingat orang tua merupakan faktor penting dalam pembentukan pribadi remaja maka cara yang digunakan dalam mengasuh dan membimbing remaja tergantung pada sikap, pribadi dan kemampuan yang dimiliki oleh orang tua remaja tersebut.
b)      Guru
Selain orang tua, sekolah juga mempunyai pengaru yang sangat besar terhadap perkembangan tingkah laku prososial. Di sekolah guru dapt melatih dan mengarahkan tingkah laku prososial anak dengan menggunakan teknik yang efektif.
Misalnya guru dapat menggunakan teknik bermain peran, teknik ini melatih anak mempelajari situasi dimana tingkah laku menolong di peroleh dan bagaimana melaksanakan tindakan menolong tersebut.
Teknik bermain peran mengembangkan sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain dan menambah kemampuan role taking dan empati. Di sekolah guru mempunyai kesempatan mengarahkan anak dengan menganalisis cerita dalam bahasan yang berbeda.
c)      Teman sebaya
Teman sebaya mempunyai pengaruh terhadap perkembangan tingkah laku prososial khususnya pada masa remaja. Ketika usia remaja kelompok ssial menjadi sumber utama dalam perolehan informasi, teman sebaya dapat memudahkan perkembangan tingkah laku prososial melalui penguatan, pemodelan dan pengarahan.
d)     Televisi
Selain sebagai hiburan, televisi merupakan sebagai agen sosial yang penting. Melalui penggunaan muatan prososial, televisi dapat mempengaruhi pemirsa. Dengan melihat program televisi anak juga dapat mempelajari tingkah laku yang tepat dalam situasi tertentu, televisi tidak hanya mengajarkan anak untuk mempertimbangkan berbagai alternatif tindakan tapi juga anak juga bisa mengerti dengan kebutuhan orang lain, membentuk tingkah laku prososial dan memudahkan perkembangan empati.
e)      Moral Dan Agama
Perkembangan tingkah laku prososial juga berkaitan erat dengan aturan agama dan moral. Menurut Sears dkk (1992) menyatakan bahwa aturan agama dan moral kebanyakan masyarakat menekankan kewajiban menolong.
Pentingnya lingkungan terletak pada kontinuitas dan kompleksitas stimulasi sosial dan kognisi yang dihadapkan pada anak. Untuk tercapainya situasi yang seperti ini, diperlukan lingkungan rumah tangga dan lingkungan sosial yang memadai dan mampu menumbuhkan struktur kognitif individu.    
Menurut Staub (1978) terdapat beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk bertindak prososial, yaitu:
1.      Self-gain
Harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu.
2.      Personal values and norms
Adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasi oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial.
3.      Empathy
Kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain. Kemampuan untuk empati ini erat kaitanya dengan pengambilalihan peran. Jadi prasyarat untuk mampu melakukan empati, individu harus memiliki kemampuan untuk melakukan pengambilan peran.
Ada beberapa faktor personal maupun situasional yang menetukan tindakan prososial. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya perilaku prososial, yaitu:
1)      karakteristik situasional, seperti  situasi yang kabur atau samar-samar dan jumlah orang yang melihat kejadian.
2)      karakteristik orang yang melihat kejadian seperti usia, gender, ras, kemampuan untuk menolong.
3)      karakteristik korban seperti jenis kelamin, ras, daya tarik.
Dengan demikian beberapa faktor yang termasuk dalam faktor situasional yaitu:
a.      Kehadiran Orang Lain
Penelitian yang dilakukan oleh Darley dan Latane kemudian Darley dan Latane (1969) menunjukkan hasil bahwa orang yang melihat kejadian darurat akan lebih suka memberikan pertolongan apabila mereka sendirian daripada bersama orang lain. Sebab dalam situasi kebersamaan, seseorang akan mengalami kekaburan tanggung jawab.
b.      Pengorbanan yang harus dikeluarkan
Meskipun calon penolong tidak mengalami kekaburan tanggung jawab, tetapi bila pengorbanan (misalnya; uang, tenaga, waktu, resiko terluka fisik) diantisipasikan terlalu banyak, maka kecil kemungkinan baginya untuk bertindak prososial. Biasanya seseorang akan membandingkan antara besarnya pengorbanan jika ia menolong dengan besarnya pengorbanan jika ia tidak menolong. Jika pengorbanan untuk menolong rendah, sedangkan jika pengorbanan jika tidak menolong tinggi, tindak pertolongan secara langsung akan terjadi. Jika pengorbanan untuk menolong tinggi dan pengorbanan jika tidak menolong rendah, ia mungkin akan menghindari atau meninggalkan situasi darurat itu. Jika keduanya relatif sama tinggi kemungkinan ia akan melakukan pertolongan secara tidak langsung, atau mungkin akan melakukan interpretasi ulang secara kognitif terhadap situasi tersebut. Demikian pula sebaliknya jika keduanya, baik pengorbanan untuk menolong atau pun tidak menolong  diinterpretasikan sama rendahnya, ia akan menolong atau tidak tergantung norma-norma yang dipersepsi dalam situasi itu.
c.       Pengalaman dan Suasana Hati.
Seseorang akan lebih suka memberikan pertolongan pada orang lain, bila sebelumnya mengalami kesuksesan atau hadiah dengan menolong. Sedang pengalaman gagal akan menguranginya. Demikian pula orang yang mengalami suasana hati yang gembira akan lebih suka gembira. Sedangkan dalam suasana hati yang sedih, orang akan kurang suka memberikan pertolongan.
d.      Kejelasan Stimulus
Semakin jelas stimulus dari situasi darurat, akan meningkatkan kesiapan calon penolong untuk bereaksi. Sebaliknya situasi darurat yang sifatnya samar-samar akan membingungkan dirinya dan membuatnya ragu-ragu, sehingga ada kemungkinan besar ia akan mengurungkan niatnya untuk memberikan pertolongan.
e.      Adanya Norma - Norma Sosial.
Norma sosial yang berkaitan dengan tindakan prososial adalah resipprokal (timbal balik) dan norma tanggung jawan sosial, artinya seseorang cenderung memberikan bantuan kepada mereka yang pernah memberikan bantuan kepadanya sehingga dengan ini dapat dipertahankan adanya keseimbangan dalam hubungan interpersonal. Biasanya didalam masyarakat berlaku pula norma bahwa kita harus menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Masing-masing orang memiliki tanggung jawab sosial untuk menolong mereka yang lemah.
f.        Hubungan Antara Calon Penolong Dengan Si Korban
Makin jelas dan dekat hubungan antara calon penolong dengan calon penerima bantuan akan memberi dorongan yang cukup besar pada diri calon penolong untuk lebih cepat dan bersedia terlibat secara mendalam dalam melakukan tindakan pertolongan. Kedekatan hubungna ini dapat terjadi karena adanya pertalian keluarga, kesamaan latar belakang atau ras.

BAB III

PEMBAHASAN

A.    PERKEMBANGAN TINGKAH LAKU PROSOSIAL

Tingkah laku prososial selalu berkembang sesuai perkembangan manusia, ada 6 tahapan perkembangan tingkah laku prososial yaitu :
a.       Compliance & Concret, Defined Reinforcement
Pada tahap ini individu melakukan tingkah laku menolong karena perintah yang disertai oleh reward. Pada tahap ini remaja mempunyai perspektif egosentris yaitu mereka tidak menyadari bahwa orang lain mempunyai pikiran dan perasaan yang berbeda dengan mereka, selain itu tingkah laku prososial pada tahap ini terjadi karna adanya reward dan punishment yang konkrit.
b.      Compliance
Pada tahap ini individu melakukan tindakan menolong karena patuh pada perintah dari orang yang berkuasa. Tindakan menolong pada tahp ini dimotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan dan menghindari hukuman.
c.       Internal Initiative & Concret Reward
Pada tahap ini individu menolong karena tergantung pada reward yang akan di terima, tindakan prososial dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan atau hadiah
d.      Nominative Behavior
Pada tahap ini individu melakukan tindakan prososial untuk memenuhi tuntutan masyarakat. Individu mengetahui berbagai tingkah lakuyang sesuai dengan norma masyarakat. Dalam tahap ini individu mampu memahami kebutuhan orang lain dan merasa simpati dengan penderitaan yang dialami, tindakan prososial dilakukan karna adanya norma sosial yang meliputi : norma memberi dan norma tanggung jawab sosial.
e.       Generalized Reciprocity
Pada tahap ini seseorang melakukan tindakan menolong karna adanya kepercayaan apabila suatu saat ia membutuhkan bantuan maka ia akan mendapatkannya, harapan reward pada tahap ini non konkret yang susah dijelaskan.
f.       Altruistic Behavior
Pada tahap ini seseorang melakukan tindakan menolong secara sukarela yang bertujuan untuk menolong dan menguntungkan orang lain tanpa mengharapkan imbalan, tindakan prososial dilakukan karena plihan individu sendiri yang didasarkan pada prinsip moral.
Pada tahap ini individu sudah mulai dapat menilai kebutuhan orang lain dan tidak mengharapkan hubungan timbal balik untuk tindakannya.

B.     ASPEK - ASPEK PROSOSIAL

Untuk melakukan pengukuran terhadap perilaku prososial dapat dilihat melalui aspek aspek perilaku prososial. Menurut Mussen (1989: 360) aspek-aspek perilaku prososial adalah sebagai berikut:
a.   Berbagi, yaitu kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain dalam suasana suka maupun duka. Hal ini dilakukan apabila penerima menunjukkan kesukaan sebelum ada tindakan melalui dukungan verbal dan fisik
b.  Menolong, yaitu kesediaan memberikan bantuan kepada orang lain baik materiil maupun moril. Menolong meliputi membantu orang lain, memberitahu, menawarkan bantuan pada orang lain, atau melakukan sesuatu yang menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain.
c.    Memberi, yaitu kesedian untuk berderma, membantu secara sukarela sebagian barang miliknya kepada orang yang membutuhkan.
d.      Kerjasama, yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan.
Menurut Hoffman (dalam Goleman, 1997: 148), menyatakan bahwa pada akhir masa kanak-kanak, tingkat empati paling akhir muncul ketika anak-anak sudah sanggup memahami kesulitan yang ada dibalik situasi yang tampak dan menyadari bahwa situasi atau status seseorang dalam kehidupan dapat menjadi sumber beban stres kronis. Pada tahap ini, mereka dapat merasakan kesengsaraan suatu golongan, misalnya kaum miskin, kaum tertindas, mereka yang terkucil dari masyarakat.

C.    IMPLIKASI PERKEMBANGAN TINGKAH LAKU SOSIAL DENGAN KONSELING

            Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru pembimbing dalam upaya membantu peserta didik dalam memperoleh tingkah laku interpersonal yang efektif :
1)      Mengajarkan keterampilan sosial dan strategi pemecahan msalah sosial
2)      Menggunakan strategi pembelajaran ynag kooperatif
3)      Meningkatkan kesadaran siswa terhadap efektifitas keterampilan sosial dengan mencerminkan keterampilan sosial tersebut.
4)      Mengajak siswa untuk memikirkan dampak dari prilaku yang mereka miliki
Dalam hal implikasi perkembangan tingkah laku prososial terhadap konseling ini juga dapat dikaitkan dengan fungsi-fungsi konseling, selain itu konselor atau guru pembimbing juga dapat bekerjasama dengan pihak terkait.
Sikap prososial, selayaknya dapat dimiliki oleh setiap kalangan masyarakat. Sehingga, akan tercipta masyarakata yang damai, sejahtera, dan aman serta memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi. 
Adapun karakteristik kepribadian yang dapar mendorong tingkah laku prososial, yakni:
1.      Empati. Individu yang menolong memiliki rasa empati yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak menolong.
2.      Komponen Kognitif
3.      Kebutuhan untuk Disetujui
4.      Kepercayaan Interpersonal. Individu yang memiliki kepercayaan interpersonal yang tinggi akan terlibat dalam lebih banyak tingkah laku prososial daripada individu yang tidak mempercayai orang lain.
5.      Emosi yang Positif
6.      Sosialibilitas dan Keramahan
7.      Tidak Agresif
8.      Percaya akan Dunia yang Adil. Individu yang menolong mempersepsikan dunia sebagai tempat yang adil dan percaya bahwa tingkah laku yang baik diberi imbalan (reward) dan tingkah laku yang buruk diberi hukuman (punishment).
9.      Tanggung Jawab Sosial. Individu yang menolong mengekspresikan kepercayaan bahwa setiap orang bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik untuk menolong orang yang membutuhkan.
10.  Locus Of Control Internal. Kepercayaan individual dimana individu dapat memilih untuk bertingkah laku dalam cara yang memaksimalkan hasil akhir yang baik dan meminimalkan yang buruk. Orang yang menolong mempunyai locus of control internal yang tinggi.
11.  Tidak Adanya Egosentris. Individu yang menolong memiliki sifat egosentris yang rendah.
12.  Generativitas atau Komitmen pada Diri Sendiri
13.  Bukan Machiavellian, dimana individu tidak merujuk pada orang-orang yang dikarakteristikan oleh ketidakpercayaan, sinisme, egosentris, dan kecendrungan untuk memanipulasi orang lain. Orang yang Machiavellianism ini cendrung untuk tidak dapat menunjukkan perilaku prososial.
14.  Kesediaan untuk Bertindak.
Namun, sering kali kita menemui beberapa perilaku yang berkaitan dengan menolong orang lain. Terdapat faktor-faktor tambahan yang juga memiliki pengaruh pada kemungkinan menolong atau tidak, yaitu:
1.      Menolong Orang yang Disukai. Segala hal faktor yang dapat meningkatkan ketertarikan kepada korban akan meningkatkan kemungkinan terjadinya respon prososial apabila individu tersebut memutuhkan pertolongan.
2.      Atribusi Menyangkut Tanggung Jawab Korban. Pertolongan tidak diberikan secara otomatis ketika seseorang mengasumsikan bahwa “kejadian tersebut akibat kesalahan korban sendiri”, terutama jika penolong yang potensial cenderung mengasumsikan bahwa kebanyakan kesialan dapat dikontrol. Jika demikian, masalah dipersepsikan sebagai kesalahan korban.


BAB IV

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tingkah laku prososial adalah tingkah laku sosial positif yang menguntungkan, yang ditujukan bagi kesejahteraan orang lain sehingga menjadikan kondisi fisik dan psikis orang lain menjadi lebih baik, selain itu tindakan prososial dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan reward eksternal.
Sumber tingkah laku prososial terdiri dari 2 bagian yaitu: Endosentris dan Eksosentris. Pada dasarnya tingkah laku prososial terjadi karena adanya saling ketergantungan antara si penolong dengan orang yang ditolong.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan tingkah laku prososial antara lain : Orang Tua, Guru, Teman sebaya, Televisi, Moral dan Agama
Menurut Staub (1978) terdapat beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk bertindak prososial, yaitu: Self-gain, Personal values and norms, dan Empathy.
Tingkah laku prososial selalu berkembang sesuai perkembangan manusia, ada 6 tahapan perkembangan tingkah laku prososial yaitu : Compliance & Concret, Defined Reinforcement, Compliance, Internal Initiative & Concret Reward, Generalized Reciprocity, dan Altruistic Behavior.
Untuk melakukan pengukuran terhadap perilaku prososial dapat dilihat melalui aspek aspek perilaku prososial. Menurut Mussen (1989: 360) aspek-aspek perilaku prososial adalah sebagai berikut: Berbagi, Menolong, Memberi, dan Kerjasama.
            Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru pembimbing dalam upaya membantu peserta didik dalam memperoleh tingkah laku interpersonal yang efektif :
1.      Mengajarkan keterampilan sosial dan strategi pemecahan masalah sosial
2.      Menggunakan strategi pembelajaran ynag kooperatif
3.      Meningkatkan kesadaran siswa terhadap efektifitas keterampilan sosial dengan mencerminkan keterampilan sosial tersebut.
4.      Mengajak siswa untuk memikirkan dampak dari prilaku yang mereka miliki.
Adapun karakteristik kepribadian yang dapar mendorong tingkah laku prososial, yakni: Empati, Komponen Kognitif, Kebutuhan untuk Disetujui, Kepercayaan Interpersonal, Emosi yang Positif, Sosialibilitas dan Keramahan, Tidak Agresif, Percaya akan Dunia yang Adil, Tanggung Jawab Sosial, Locus Of Control Internal, Tidak Adanya Egosentris, Generativitas atau Komitmen pada Diri Sendiri, Bukan Machiavellian, dan Kesediaan untuk Bertindak.

B.     SARAN

Sebagai calon guru BK, kita perlu mengetahui tentang pentingnya penanaman sikap maupun perilaku prososial kepada siswa kita nantinya. Sehingga, ketika kita telah menjadi guru BK kelak, kita sudah dapat memberiksan pelayanan kepada siswa terkait dengan perilaku prososial ini.
Kepada orang tua, perlu mengajarkan kepada anak – anaknya tentang pentingnya penanaman moral terkait dengan perilau prososial ini. Sehingga, Ia dapat menjadi anggota masyarakat yang baik.



DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sjarkawi. 2008. Pembentukan kepribadian anak, peran moral, intelektual, emosional, dan sosial sebagai wujud integritas membanguin jati diri. Jakarta: Bumi Aksara
L, Zulkifli. 2006. Psikologi perkembangan. Bandung: Rosdakarya
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Yahya, Azizi bin, dkk.  2004. Psikologi Sosial Alam Remaja. Johor: PTS Professional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar