Terima
Kasih sahabat
Hari
– hariku kian berwarna, sejak kehadirannya. Ialah sahabatku, yang terus dan
senantiasa menemani, mendukung, dan menjagaku. Sejak di vonis dokter menderita
Vertigo, aku mulai menjaga diri, dan Ia lah sahabatku yang juga senantiasa
mengingatkanku.
Hari
ini, aku terpaksa ke Dokter, menuruti permintaannya. Dengan sabar, Ia menemani
dan menungguku di RS untuk chek up. Hampir setiap malam, Ia selalu mendengarkan
keluh kesahku, ketika rasa sakit itu menyerang. Sakit yang teramat sangat
kadang membuatku merasa lemah tak berdaya. Membuatku tak sadar bahwa aku sering
kali mengucapkan kata perpisahan. Satu
hal, yang selalu menguatkanku adalah, ketika Ia mengatakan, “jika kamu tidak
ingin membuatku hawatir, kamu jangan sakit.”
Aku
terkadang hanya diam, tak tahu harus berkata apa, hanya mampu menangis,
bersyukur kepada Allah yang masih memberiku umur, dan menitipkan seorang
sahabat yang luar biasa. Aku mungkin tak bisa membalas semua kebaikannya. Hanya
saja, Aku telah bertekat untuk membahagiakannya dengan caraku. Mungkin Ia tak
pernah lelah mengingatkanku. Namun, kadang aku teramat malu ketika Ia telah
menegurku.
Ya,
aku sadar. Aku hanya sering merepotkannya. Membuatnya hawatir, dan sesekali,
rasa takut pun menghampiriku. Aku takut, jika usiaku tak lebih panjang darinya,
aku bisa membalas kebaikannya dengan cara apa? Selama ini, aku hanya bisa
mengatakan, terima kasih atas kasih sayangnya selama ini.
Sahabat,
andai kamu membaca tulisanku ini, aku hanya ingin kamu tahu, aku sangat
menyayangimu. Kamu adalah sahabat terbaikku. Aku berharap, kamu tak kan bosan
menjadi tempatku berkeuh kesah, tak kan bosan menjadi sahabat sekaligus kakak
yang senantiasa menjagaku. Suatu saat nanti, Aku akan membuktikan, kalau aku
telah sembuh, Aku menjadi perempuan yang tangguh yang selama ini kamu harapkan.
Sejatinya,
aku menyayangimu seperti halnya kakakku. Aku takut, jika aku hanya
merepotkanmu, sahabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar